• nama

    WASHINGTON DC—

    Sekitar 200 siswa sekolah dasar dari tiga negara bagian di Amerika ikut serta dalam konser angklung di Freer Sackler Smithsonian Washington DC akhir pekan lalu.

  • nama

    YOGYAKARTA -

    Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang mengembangkan teori psikologi dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram, anak dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII.

  • nama

    5 Pejabat Publik Nan Cantik-

    Prajurit-prajurit cantik mengawal deretan helikopter yang terparkir di halaman Monas, Jakarta Pusat siang tadi. Dengan scarf kuning melingkar di leher,

  • nama

    Bali Kembali Raih Pulau Terbaik di Asia

    Pada tingkat dunia, Bali pun termasuk jajaran atas, bersaing dengan Pulau Santorini di Yunani.

  • nama

    REPUBLIKA.CO.ID

    Dalai Lama Bertutur Tentang Islam, Apa Katanya?

Monday, December 15, 2014

Kata-kata bijak dari Dalai Lama

Dalai Lama adalah salah satu pemimpin spiritual & pemerintahan di Tibet. Karena diburu dan mau ditangkap oleh Pemerintah China, Beliau melarikan diri dari Tanah Kelahirannya. Harapannya Ia dapat kembali ke tanah airnya dengan damai. Ia menyebarkan pesan-pesan bijak & cinta kasih ke seluruh dunia.
Berikut ini kata-kata bijak dari Dalai Lama. Setelah direnungkan, ada benarnya juga ya
  1.  Kebahagian tidak terjadi begitu saja. Itu muncul dari hasil perbuatan kita.
  2. Jika Mampu, Tolong & Bantulah Orang Lain. Jika Tidak, Setidaknya jangan mencelakan orang lain.
  3. Jika kamu ingin orang lain bahagia, praktekan welas asih. Jika kamu sendiri mau bahagia, praktekan welas asih.
  4. Agama saya sangat sederhana. Agama saya adalah Kebajikan.
  5. Ingat !!! Tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, kadang2 adalah sebuah berkah.
  6. Kekuasaan utama mesti tidak mengutamakan alasan dan analisa kritis individu itu sendiri saja.
  7. Kita bisa hidup tanpa agama dan meditasi, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa kasih sayang sesama manusia.
  8. Kita tidak akan pernah mendapatkan kedamaian diluar diri kita sendiri sampai kita damai dengan diri kita sendiri.
  9. Berbuat baiklah jika memungkinkan. Sebenarnya, Itu selalu mungkin.
  10. Jika kamu takut akan rasa sakit atau penderitaan, kamu seharusnya cari cara, apa yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya. Jika kamu bisa, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika kamu tidak bisa berbuat banyak, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga.
  11. Jika kamu tidak mencintai dirimu sendiri, Kamu tidak akan bisa mencintai orang lain. Kamu tidak akan mampu. Jika kamu tidak punya welas asih terhadap dirimu sendiri, maka kamu tidak akan bisa mengembangkan welas asih terhadap orang lain.
  12. Potensi seluruh manusia adalah sama. Perasaan kamu yang bilang ” Aku tidak berharga” adalah salah. Salah sama sekali. Kamu menipu dirimu sendiri. Kita semua memiliki kekuatan dalam batin kita, jadi apa yang kurang ? Jika kamu punya tekad, kamu dapat mengubah apapun. Kamu adalah guru bagi dirimu sendiri.
  13. Kita mesti menyadari, Penderitaan satu orang atau satu bangsa adalah Penderitaan bagi seluruh umat manusia. Kebahagiaan satu orang atau satu bangsa adalah Kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
  14. Melalui kekerasan, kamu mungkin “mengatasi” masalah, Tetapi kamu telah “menanam” benih kemunculan masalah-masalah baru.
  15. Sebagaimana kita bisa hidup di zaman sekarang, maka kita mesti juga memikirkan generasi mendatang : Sebuah lingkungan yang bersih & sehat adalah layaknya seperti sebuah hak azasi. Merupakan tanggung jawab kita kepada generasi penerus untuk menjaga bumi, melestarikan lingkungan.
  16. Menaklukkan diri sendiri adalah lebih baik dari pada menaklukkan ribuan musuh dalam peperangan.
  17. Ada sebuah istilah di tibet, “Musibah seharusnya dimanfaatkan menjadi sumber kekuatan”. Tidak perduli seberapa kesulitan yang kita alami, betapa menyakitkkan keadaan tersebut, Jika kita sampai kehilangan harapan, maka itu benar-benar merupakan musibah.
  18. Makhluk apa pun yang berdiam di bumi, apakah manusia atau hewan, masing-masing memiliki peran, masing-masing dengan jalannya sendiri, untuk memperindah dan memperkaya dunia ini.
  19. Sebuah sendok tidak dapat merasakan nikmatnya makanan. Sebagaimana orang bodoh yang tidak mengerti kebijaksanaan seseorang, walapun dia bergaul dengan orang suci.
  20. Dalam memperjuangkan kebebasan, Kebenaran adalah satu-satunya senjata / pegangan.

Dalai Lama Bertutur Tentang Islam, Apa Katanya?

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI--Dalai Lama memuji Islam sebagai salah satu agama besar dunia. Menurutnya, spirit Islam yang sesungguhnya adalah pertempuran melawan energi negatif dalam diri sendiri -- ia menyebutnya sebagai jihad sejati -- pada setiap umatnya.

Ia menyatakan hal itu saat berpidato usai menerima gelar kehormatan doktor bidang sastra dari Universitas Jamia Millia Islamia di New Delhi, India. Pemimpin spiritual Tibet ini mengatakan beberapa elemen telah menyelewengkan ajaran dan membawa nama buruk kepada Islam.

"Aku membela Islam," kata Dalai Lama. "Kita seharusnya tidak menyamaratakan Islam karena beberapa orang yang nakal. Orang semacam itu juga ada di kalangan umat Hindu, Yahudi Kristen, Budha, dan semua agama."

"Islam adalah salah satu agama yang sangat penting selama berabad-abad, di masa lalu, sekarang dan masa depan, itu adalah harapan jutaan orang," katanya. "Sebagian Muslim di negeri ini (India) mengatakan kepada saya bahwa Islam harus memperluas cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk. Dan itu memang inti ajaran Islam."

Jika seseorang menciptakan pertumpahan darah mereka bukan Muslim, katanya dan menambahkan. "Makna jihad adalah perjuangan dalam diri kita terhadap semua emosi negatif seperti kemarahan, kebencian, dan nafsu lain yang menimbulkan masalah di masyarakat "

Dia mengatakan meskipun ia menerima gelar kehormatan serupa dari berbagai universitas di seluruh dunia, ia sangat terhormat untuk menerima itu dari lembaga Islam terkenal di India. Jamia Millia Islamia, sebuah universitas yang didanai pemerintah pusat telah berumur 90 tahun dan merupakan universitas India pertama yang  memberikan gelar kehormatan pada pemimpin spiritual agama lain.

Toleransi agama dan perdamaian adalah pesan yang menggema dalam acara ini. Penganugerahan penghargaan diberikan oleh Wakil Rektor universitas, Najeeb Jung, di hadapan Menteri Pembangunan Sumber Daya Manusia, Kapil Sibal, dan ribuan civitas akademika universitas itu.

"Saya merasa sangat terhormat untuk mendapatkan gelar ini dari universitas Islam. Salah satu perhatian utama saya adalah kerukunan beragama," kata Dalai Lama setelah menerima gelar.

Dalai Lama memberikan pesan agar para mahasiswa menciptakan abad ke-21 sebagai abad perdamaian.
"Abad ke-20 adalah abad pertumpahan darah, tapi tidak ada yang dicapai dari pertumpahan darah itu. Abad ke-21 harus menjadi abad yang damai dan Anda semua yang akan bentuk itu," katanya menambahkan bahwa pendidikan harus  bersama-sama dengan moral dan etika untuk mencapai tujuan ini.

Najeeb Jung dalam acara yang sama mengatakan Dalai Lama adalah salah satu tokoh terbesar dialog antar-agama dan pewaris sejati dari ajaran Mahatma Gandhi tentang perdamaian dan anti-kekerasan.

"Jika ada orang yang telah berdiri dengan kekuatan persuasi non-kekerasan dalam dunia kontemporer, yang telah memulihkan iman kita dalam relevansi kritik moral, itu adalah Yang Mulia," kata Jung sambil berpaling ke arah Dalai Lama.

Seni Sebagai Tontonan dan Tuntunan


Estetika Nusantara adalah sebuah disiplin mata kuliah yang saya dapatkan, awalnya saya berfikiran dalam ruang lingkup pribadi bahwa estetika nusantara adalah mata kuliah yang membahas tentang ornamen, tentang kesenian etnis dan tradisi dalam kenusantaraan kini. Jauh melenceng dari apa yang saya pikirkan begitu luar biasa apa yang saya dapatkan. Estetika Nusantara menurut yang saya tangkap merupakan Seni Keindahan Tradisi yang muncul dari "Seni sebagai Simbol ekspresi kultural" dan "Sugeti Alam" yang mencerminkan hubungan mikro-meta-makrokosmos yang memiliki tujuan yang jauh lebih luas dari hanya sekedar KEINDAHAN. Namun Estetika Nusantara memiliki tujuan sebagai Tontonan dan TuntunanMencari Kesempurnaan (Ngudi Kasampurnan) --> Kearifan tertinggi, yang merupakan puncak filsafat adalah pengetahuan tentang Tuhan. Karena dalam pola pikir seniman tradisi nusantara "Berkarya merupakan pengabdian dharma kepada Tuhannya sesuai dengan ajaran budayanya". 

Berkaitan dengan Konsep Tir Loka (tiga jagat) yaitu adalah Alam Bawah (mikrokosmos) adalah diri manusia itu sendiri, Alam Tengah (makrokosmos) adalah alam semesta dan segalah hal (isi dan sekitarnya), Alam Atas (metakosmos) adalah hubungan dengan Tuhannya. Dalam estetika nusantara simbol yang lahir merupakan wujut keindahan sekaligus ajaran (seni adalah tontonan dan tuntunan). Seniman Terikat oleh lingkunganya dimana dia hidup maka itulah bentuk yang muncul merupakan sugesti alam (motif batik yang tumbuh-tumbuhan, motif ornamen yang berbentuk hewan, tarian tradisional yang tersugesti hewan merak, klinci, dan kera) hal ini menunjukan bahwa seniman tradisi nusantara begitu dekat hubunganya dengan alam, dimana hal ini merupakan sebuah gambaran keseimbangan hidup antara batin, alam semesta dan Tuhan. 

Pentingnya keseimbangan antara batin, alam semesta dan Tuhan. konsep tiga jagat ini juga ditemukan dalam pembangunan Pura umat Hindu mereka membagi Pura mereka dalam tiga wilaya atau sering di sebut Tri Mandala (Nista mandala/Jaba Sisi, Madya mandala/Jaba Tengah, Utama Mandala). Dalam Kesenian Jawa banyak yang menggunakan konsep tri loka ini, 



 


Inilah sebagian contoh kecil dimana sebuah seni merupakan ajaran yang memiliki makna filosofi yang luarbiasa. Pengkajian karya seni tradisi merupakan hal yang sangat menarik selain mengungkap keindahan eksistensi bantuk secara fisik tetapi kita akan mendapatkan sebuah eksistensi makna yang jauh lebih indah dari bentuknya yang sering disebut roh-nya karya seni tersebut. eksistensi makna merupakan makna filosofis yang terkandung dalam karya seni tersebut sebagai ajaran yang luhur (tuntunan). 

Latar belakang kehidupan karya, karya tradisi merupakan karya seni yang hidup karena "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" hal ini menunjukan bahwa karya tradisi yang memiliki idealisme keTuhanan yang menujukan sebuah ajaran luhur sesungguhnya hidup berkesinambungan dan terus terjaga baik dari bentuk maupun jajaranya. Esensi yang terjadi di masyarakat dari hal-hal tersebut masyarakat memaknai bahwa karya tadisi tersebut memiliki makna dan arti tersendiri maka mereka tidak sembarangan memakai karya tersebut. Dalam masyarakat jawa mereka tidak akan sembarangan memakai motif batik dalam kegiatan tradisinya karena harus menyesuaikan esensi makna dan kegiatan yang akan di lakukan. uniknya karya tradisi nusantara tidak ada yang memiliki karena para seniman nusantara tersebut telah memaknai "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" maka karya tersebut hak milik/ hak cipta Tuhan, maka mereka tidak berani mencantumkan namanya dalam karyanya.

Konsep Mandala dalam Estetika Nusantara. Moncopat (konco papat limo pancer) 4+1. Dalam masyarakat jawa konsep mandala moncopat ini sangat banyak di gunakan dalam berbagai karya dan kehidupan masyarakat jawa. Atau sering di sebut Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan daging. Maka sedulur papat terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Digambarkan juga empat nafsu + batin/roh:

Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.

Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.

Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.

Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.

Maka keempat nafsu tersebut harus di seimbangkan/dikontrol oleh batin manusia tersebut untuk mencapai keseimbangan dalam diri manusia tersebut. Karya Tradisi yang menggunakan konsep ini adalah rumah tradisional jawa joglo, limasan dll. Rumah tradisi tersebut di atur menghadap keutara dan memperhitungakn arah-arah mata angin.

Sejarah Lahirnya Kantata Takwa

Kantata Takwa, nama kelompok musik legendaris beranggotakan para musisi-seniman berkualitas tinggi yang dimiliki Indonesia. Banyak dari kita cuma mengenal lagu-lagunya saja dan cukup puas melihat konser atau rekamannya, jarang kisah awal mula berdirinya kelompok musik ini diketahui.

Maka dari itu kami angkat kembali tulisan lama dari Yockie Suryo Prayogo mengenai Sejarah Lahirnya Kantata Takwa. Artikel ini tampil utuh di iwanfalsmania.com dengan seijin langsung dari penulisnya. Mungkin sudah ada yang pernah membacanya, namun kami yakin ada pula yang belum tahu. Semoga bisa menambah wawasan kita dan menjadi dokumentasi berharga musik Indonesia. (*)
 
 -----------------------------------------------------------------------------
Sejarah Lahirnya KANTATA TAKWA
oleh: Yockie Suryo Prayogo
-----------------------------------------------------------------------------
Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 1)

Kantata Takwa, begitu panjang kisahnya yang bisa saya tulis mengenai kelompok musik tersebut. Karena itu pula saya terpaksa harus membagi-bagi tulisan Kantata dengan versi 1- 2 -3 dan selanjutnya nanti. Pada bagian ini saya hanya akan mengungkapkan kisah perkenalan saya dengan mas Djody hingga terbentuknya kesepakatan kelompok kerja kesenian tersebut, yang akhirnya disebut Kantata Takwa.

Pada tahun 1989, saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk, tepatnya di jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk – Jakarta Barat.

Disela-sela kegiatan tour, saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta. Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya. Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita”, bermusik sekedar hepi-hepian mengisi waktu yang luang saja. Temannya tersebut adalah penghobbi musik yang punya fasilitas latihan/nge-band dirumahnya. Lazimnya orang tajir-lah …intinya .. :) .

Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing, bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya. Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu…, maksudnya dilingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung”, nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe.. (sumpah ngga ngaruh.., saya nggak matre’..!).

Kebetulan juga tempat tinggalnya diwilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk, yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya). Maka disuatu hari Minggu, melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut… ber “jreng-jreng” ria.

Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima dikanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya.

Barulah akhirnya saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo, nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya. Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing”, bahwa: ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut. Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja, ”tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe.

Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar, terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya. Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan Afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen, sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya… (ndesit tenan..!).

Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya. Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi) …semakin takjub saya dibuatnya…. Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta, namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis: Ubud/Gianyar, dsb). Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat Eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya… kebayang sih.. gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya. Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak.. degebug… nguinngg nguuueinng.. suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..).

Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan juga ada seorang promotor kawakan… Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..). Lalu saya dikenalkan ke Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…: ”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..) hehehe.. Datang langsung nyamperin microphone… ”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…

Kelompok/pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”Mata Dewa” nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab, sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik).

Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.


Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 2)

Semenjak itu saya kerap kali ditelpon mas Djody untuk membicarakan berbagai hal tentang perkembangan musik di Indonesia. Saya katakan bahwa pada intinya musisi ’alternatif’ (non industri) di Indonesia ini membutuhkan "uluran tangan" dari berbagai pihak yang ”peduli”, yang bukan hanya mikirin rumus dagang saja tapi juga mikir tentang "berkesenian" dalam artian yang lebih luas lagi.

Saya melihat ada ”concern” dari dia untuk mau berdialog dengan saya panjang lebar tentang hal tersebut. Maka ketika suatu kali dia menceritakan gagasannya yang ingin bekerja sama dengan AIRO (saat itu perusahaan tersebut masih menjadi milik Sofyan Ali) secara spontan saya langsung mendukungnya.

Dan pada saat itu hubungan kerjasama antara Sofyan Ali dengan Iwan Fals memang sudah berjalan (lewat berbagai konser Iwan sendiri saat-saat itu). Maka ketika konser 100 kota yang akan dimulai di Sumatra (Palembang) tersebut dicekal, Sofyan Ali berkeinginan untuk mengajak Iwan masuk studio guna rekaman.

Rekaman Iwan Fals tersebut akhirnya berlangsung dibawah management AIRO yang bekerjasama dengan SD (Setiawan Djody). Dan seingat saya sebelum masuk ke studio, SD pernah pergi berdua dengan Iwan ke Bali, dimana mereka pada akhirnya berhasil menciptakan lagu ”Mata Dewa”. SD sendiri mengatakan bahwa Mata Dewa adalah ”Sunset” yang mereka lihat ketika mereka gitaran berdua di pantai Kuta.

Maka berikutnya, ketika Iwan Fals sedang sibuk merekam Mata Dewa, saya sendiri mulai sering mengawal SD untuk bermain musik, baik itu dirumahnya atau terkadang beberapa kali ikut konser bersama dipanggung-panggung musik di Ancol. Formasinya waktu itu antara lain Jelly Tobing dsb. Kami hanya memainkan repertoar-repertoar bule. Umumnya lagu-lagu dari Led Zepllin dan U2 ada satu atau dua sih lagunya Van Hallen. Maklum kelompok tersebut memang bukan band serius, tapi hanya sekedar ”gathering” atau kelompok gaul dan per-temanan saja.

Jujur saja, lama-lama saya merasa ”eman” atau sayang kalau melihat kemampuan ”finansial” yang dimiliki hanya untuk ”proyek” kesenangan pribadi saja. Maka secara bertahap perlahan tapi pasti, saya mulai ”meracuni” isi otak pikiran SD agar mau membantu kondisi musik rock yang saat itu emang sudah mulai ”terkapar” tak berdaya.

Hanya ada satu orang di Indonesia kala itu yang secara spesifik berkutat di bisnis musik rock kita, yaitu Log Zelebour yang kebetulan juga mengelola management Godbless. Namun keberadaan Log Z. lebih pada pendekatan bisnis pragmatis, sedangkan yang saya anggap diperlukan musisi rock Indonesia adalah figur sponsor yang berfungsi sebagai seorang ”maesenas”. (yang nggak berpikir harus untung melulu).

Album Mata Dewa
Maka berikutnya, ketika Iwan Fals merilis album Mata Dewa dengan konsep (terobosan) ”direct sale” di Parkir Timur Senayan, sekali lagi saya meyakinkan SD agar melihat peluang kesempatan yang bisa dilakukan demi perkembangan musik rock di tanah air. Konsep terobosan diatas yang saya maksud adalah: kaset Mata Dewa tidak dijual oleh Sofyan Ali (AIRO) melalui agen-agen yang sudah ada (resmi) namun langsung dipajang di mobil-mobil box saat konser di Parkir Timur Senayan. Konsep tersebut terbukti ampuh serta membuka mata banyak orang, bahwa dominasi "Glodog" bisa dipatahkan asalkan ada sebuah sistem distribusi yang direncanakan secara matang.

Beberapa bulan kemudian setelah kaset tersebut terbilang ”sukses”, maka Setiawan Djody mengundang kita semua (saya, Iwan Fals dan WS.Rendra serta Sawung Jabo) guna ngobrol membicarakan segala kemungkinan kesepakatan yang bisa dicapai. Perkenalan antara WS.Rendra (mas Willy) dengan SD sudah terjalin semenjak lama sebelum saya sendiri hadir disana. SD selama itu memang bertindak sebagai maesenas bagi kebutuhan “Bengkel Teater” Rendra, bahkan sudah sempat mengadakan pementasan di New York dan beberapa kota di luar negeri dan sebagainya. Sedangkan Sawung Jabo sendiri adalah salah satu anggota dari Bengkel Teater tersebut.

Singkat kata, kami hampir menemukan kesepakatan untuk saling bekerja-sama, namun harus melewati satu masalah lagi atau anggap saja satu persyaratan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Yaitu, Iwan Fals bersama S.Jabo dan kawan-kawan yang lain ternyata sedang membuat lagu-lagu, dan sedang merencanakan untuk bisa direkam di studio dan sebagainya. Persyaratan tersebut meminta agar SD juga bersedia menangani masalah management recording bagi mereka. Agar saat nanti, bila kita bisa bekerja sama maka “master” dari produk rekaman tersebut tidak kemana-mana, alias dikelola oleh satu management saja.

SD menyetujui persyaratan tersebut dan bersedia bersama-sama Sofyan Ali untuk mengelola dibawah bendera/label AIRO. Disanalah awal mula gagasan besar tersebut beranjak. Saya pribadi sebenarnya juga tertarik untuk terlibat dalam rekaman yang akan mereka lakukan tersebut, namun saat itu saya lebih berfikir ”taktis” agar lebih berkonsentrasi ”mengawal” SD agar tidak berubah pikiran ..hehehe..., maklum ”roang tajir” kadang-kadang suse’ dipegang buntutnya. Saya sering menemani dia untuk workshop dirumahnya, sekaligus memberi masukan-masukan dan yang terpenting adalah melengkapi peralatan musik yang nanti dibutuhkan .

Singkat cerita, beberapa bulan kemudian rampunglah rekaman Iwan dan teman-teman tersebut (di GIN studio), lalu program jangka pendek berikutnya adalah ”launching” serta dilanjutkan dengan konser (promo).

Sayang, entah mengapa tiba-tiba saya mendapat berita bahwa Sofyan Ali mengundurkan diri dari kelompok kerja tersebut. Dan menyerahkan AIRO untuk dikelola sendiri oleh management SD yang saat itu bernama Multy Setdco. Saya sempat kecewa dengan hal tersebut.... sebab dimata saya belum ada orang Indonesia saat itu yang mampu mengelola bisnis pertunjukan musik dengan baik sekaliber Sofyan Ali.

Album Pertama SWAMI
Bertempat disebuah cafe di wilayah Kuningan tepatnya di Gedung milik Wisma Bakrie, maka launching album bertajuk SWAMI diluncurkan disana. Saya sendiri turut terlibat untuk ikut main secara live pada acara peluncuran album tersebut, padahal sewaktu proses rekamannya saya tidak terlibat. Kami (SWAMI) kemudian sempat pula konser di GOR Kridosono Jogjakarta sebelum pada akhirnya saya, Iwan, Jabo dan Rendra berkumpul lagi untuk melanjutkan pembicaraan guna merealisasikan ”kesepakatan awal” tentang kolaborasi bersama-sama. .

Hari-hari itu... adalah hari-hari dimana Bento dan Bongkar "menggelegar" bagaikan hendak memecah angkasa Indonesia.


Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 3)

Sayang sekali saya tak ingat kapan persisnya pertemuan antar kami berlima terjadi, namun bisa dipastikan bahwa kami semua berkumpul ditempat kediaman SD di wilayah Kemanggisan Raya - Kebon Jeruk tersebut.

Satu hal yang cukup penting harus saya katakan disini, bahwa sebenarnya ada satu nama lagi yang saya usulkan diantara kami berlima yang sudah ada, saya usulkan untuk bergabung dalam kolaborasi tersebut. Yang bersangkutan sendiri secara prinsip bersedia serta sudah beberapa kali juga hadir disana untuk membahas dan membicarakan berbagai hal (dialog non teknis lainnya) sebagai persiapan untuk merumuskan konsep dan bentuk yang akan dirancang. Orang tersebut adalah salah satu sahabat saya sendiri, Harry Roesli (almarhum). Yang juga dijuluki sebagi Musisi mBeling dari kelompok DKSB.

Namun karena Harry Roesli seperti yang sudah kita ketahui bersama domisilinya berada di Bandung, maka hanya sesekali saja yang bersangkutan bisa hadir membicarakan berbagai hal, sedangkan kami berlima yang lainnya lebih sering dan intens untuk berkumpul . Maklum jarak antara Jakarta – Bandung saat itu harus ditempuh selama 4 jam’an lebih. Sebab belum ada jalan tol seperti sebagaimana kondisi saat ini.

Hari-hari berikutnya adalah disepakatinya kegiatan workshop secara rutin di Kebon Jeruk. Jelly Tobing beberapa kali turut hadir disana dan menemani kita untuk memainkan drum ketika datang. Komposisi orang-orang yang terlibat workshop di awal-awalnya adalah saya di keyboard, SD di gitar listrik, Iwan gitar akustik, Jabo di cuap-cuap, Jelly Tobing di drum, serta Edmond (seorang musisi ”lawas” asal kota Solo, yang dulu pernah tergabung bersama SD di Band Terencem pada tahun 70’an).

Figur yang terakhir ini adalah orang yang cukup ”unik” dimata kita semua. Selain gemar guyonan ”khas Jawa”, yang bersangkutan juga sering kita anggap sebagai ”guru spiritualnya” SD selama ini yang khusus untuk menemani SD main gitar sehari-hari sebelum kita semua ada dilingkaran pergaulan di Kebon Jeruk.. (hehehe).

Kegiatan tersebut dilakukan seminggu dua kali (kalau tidak salah) saya tidak ingat lagi tepatnya setiap hari apa kita berkumpul dan bermusik bersama. Yang pasti itu dilakukan disela-sela kegiatan konser promo bagi album Swami (Bento, Bongkar dll.).

Dalam suasana workshop diatas, secara tehnis kami semua sepakat untuk tidak mengacu kepada satu kredo-kredo tertentu, atau warna musik tertentu namun lebih kepada ”mengalir saja” seperti air. Bisa dibayangkan bagaimana suasana ”riuh” yang terdengar disana.

Riuh yang saya maksudkan adalah… gegap gempitanya suara drum yang menggebu dengan ditimpali oleh suara lengkingan gitar yang sangat dominan, serta teriakan-teriakan tanpa kalimat (sekedar na..na..na dsb) dari Iwan Fals dan Jabo. Ditambah lagi dengan tidak adanya ”jalur kord” yang sudah disepakati sebelumnya, alias 3 jurus plus. (nah…”plus” nya itu yang bisa 10 bisa 20 bisa 30… pokoke sak matek’e lah..) hehehe..

Saya sendiri menganggap suasana hiruk pikuk tersebut sangatlah dibutuhkan, agar saya bisa menangkap ”esensi” dari keinginan serta karakter ekspresi masing-masing personal yang ingin disampaikan. Walaupun harus saya akui seringkali saya terpaksa harus ”melindungi” kedua belah lobang dikuping saya dengan jari tangan… supaya dia nggak pecah atau paling tidak enggak jadi ”kendor” selaputnya ..hehehe. Terutama dari bunyi freqwensi yang dihasilkan dari perangkat Soldano nya SD, yang luar biasa tingginya serta keras suaranya.

Bayangkan saja, Soldano tersebut di-distribusikan ke 4 pasang Speaker Marshal 200 lewat 4 buah power tersendiri untuk memenuhi kebutuhan 4 stack speaker Marshall tadi. (seperti kita ketahui bahwa satu stack terdiri dari dua buah speaker). Artinya suara gitar SD disalurkan lewat 8 buah speaker dalam ruangan workshop yang hanya seluas sekitar 5 X 12 meteran. Sedangkan kami yang lainnya, apalagi saya… hanya bersandarkan pada satu buah amplifier ukuran kecil sekelas Fender Jazz Chorus untuk keybord, demikian juga yang lainnya.

Gubbraaakk.. Gedubrakkss… nguinggg.. nGGuuing… CiiaaTT.. wwwAAAAA..!!!, gitu deh’…kira-kira bunyinya dalam bentuk tulisan di huruf……hahaha..!

Sementara mas Willy saya lihat tampak sering hanya mampu bertahan sebentar didalam ruangan lalu berjalan kearah pintu untuk kemudian cukup melihat dan mendengar dari luar tempat latihan tersebut…sambil sesekali dahinya mengkerut… mungkin mencoba menangkap suasana yang cukup liar… lalu menuliskan sesuatu diatas kertas. Ya… saya baru sadar kemudian, rupanya mesin produksinya langsung terpicu dan langsung juga bekerja sebagai penulis naskah.

Hingga akhirnya saya putuskan didalam pertemuan berikutnya, bahwa program workshop selanjutnya haruslah dilakukan secara lebih sistemik. Tidak bisa lagi kita terus-terusan hanya mengeksplorasi suasana tanpa ada kemampuan dan keinginan untuk menangkap/merumuskan “esensi” dalam bentuk sebuah konsep agar lebih “real” dan konkrit. Saya mengusulkan agar latihan-latihan berikutnya cukup terdiri dari beberapa orang saja dari kami guna terciptanya lagu-lagu yang diinginkan.

Disepakati kemudian bahwa saya ditunjuk sebagai komandan untuk berhak memutuskan segala sesuatunya yang berkaitan dengan bunyi-bunyian musik. Rendra sebagai penulis teks dan lirik untuk melengkapi lagu. Sawung Jabo sebagai “tong sampah” yang berfungsi menampung berbagai “aspirasi” keinginan yang ingin disampaikan oleh semua pihak. Iwan Fals sebagai juru terompet yang mewakili suara semua pihak lewat suara nyanyian. Dan SD sebagai penyedia sarana dari berbagai hal teknis yang diperlukan.

Hari-hari berikutnya hanya saya, Iwan Fals, Sawung Jabo dengan ditemani oleh Robin (musisi warga Philipina) yang lebih bertugas merekam draft lagu-lagu kedalam computer lewat “cakewalk” nya. Kami bertigalah yang akhirnya bekerja secara detail untuk mengarang lagu secara kolaboratif bersama.

Demikianlah sejarah awal dari terbentuknya kelompok musik KANTATA TAKWA yang bisa saya rekam dalam tulisan. Semoga tulisan ini suatu saat bisa terus diperbaharui atau ditambahkan lagi berbagai kekurangannya atau bahkan dikoreksi bila diperlukan, agar bisa melengkapi kisah-kisah yang harus disimpan dalam ruang-ruang perpustakaan perjalanan musik di Indonesia pada umumnya.

Saya prihatin mengingat system per-dokumentasian kita yang sampai detik ini belum juga berfungsi sebagaimana seharusnya. Orang hanya diajarkan untuk melihat “hasil” dan menutup mata kepada “proses” serta dasar “filosofi” yang melatar belakanginya.

Selamat pagi Indonesia , hari sudah menjelang sore....

Teks asli artikel ini diposting pada 8 Juli 2008, oleh Yockie Suryo Prayogo
Diambil dari: http://jsops multiply com/reviews/item/22


 -----------------------------------------------------------------------------
Kantata Takwa
oleh: Yockie Suryo Prayogo
-----------------------------------------------------------------------------

Kantata Takwa, adalah sebuah proses interaksi berbagai ego-ego besar yang dipayungi WS.Rendra sebagai penasehat spiritual dan penulis sajak/lirik, Setiawan Djody sebagai fasilitator untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan pembiayaan dan lainnya, Iwan Fals sebagai peniup trompet atau juru vocalnya, Sawung Jabo menyediakan dirinya dengan istilah “tong sampah” untuk menampung segala uneg-uneg bersama yang suatu saat harus ditampung dan didistribusikan secara demokratis, saya sebagai designer musik atau bahasa asingnya arranger.

Karena posisi masing-masing diatas sudah sangat jelas, maka bagi saya selaku arranger, garis batas ruang kerja saya juga tampak semakin jelas.

Proses kerja :
Dua minggu pertama, hanya saya, Sawung Jabo dan Iwan yang melakukan eksplorasi suara untuk membuat lagu. Kami bertiga ‘ngarang’ bersama di Kebon Jeruk (piano dan 2 buah akustik gitar). Saya mencatat semua kemungkinan-kemungkinan dan ambience yang muncul dari eksplorasi tersebut.

Setelah selesai 2 mingguan (kurang lebihnya), saya sendirian melakukan proses kerja awal Studio (saat itu Gin Std). Saya menterjemahkan ulang bahasa lagu yang telah kita hasilkan bertiga lewat piano, tentunya juga dengan pendekatan sebuah aransemen. (untuk menyelesaikan musik dasarnya saya dibantu: Donny F, Totok T, Eet S, Reidy Noor, Budi Haryono, Innsisri dan lain-lainnya).

Setelah musik dasar selesai, saya merekam “guide vocal” sebagai panduan nada bagi Iwan Fals dan Sawung Jabo. Selanjutnya mereka relatif harus mengikuti alur melody lagu yang saya contohkan.

Sebab sudah pasti mereka juga sudah lupa akan bentuk lagu yang masih mentah, seperti saat kita gonjrang-ganjreng latihan sebulan (atau lebih) yang lalu. Apalagi Iwan Fals, hari ini dia nyanyi seperti itu besok bisa jadi sudah lain lagi atau sudah jadi lagu yang baru lagi hehehe.. (berubah terus….sak mate’k ‘e.., demikian celoteh kata Sawung Jabo).

Jadi saya bertugas selaku arranger untuk membatasi segalanya, dan itu wewenang serta hak saya yang semua pihak dengan patuh mentaatinya.

Demikian juga dengan ‘fill in’ lead guitar, bahkan saya menentukan running note yang harus dilakukan, dan punya hak untuk membatasi wilayah-wilayah yang tak boleh dilanggar. Semua itu berjalan dengan sebuah kesepakatan yang sudah disetujui bersama secara demokratis.

Bahkan saya juga bisa minta pendapat WS Rendra untuk merubah sebahagian kata-kata dalam tulisan sajaknya, agar lebih kompetibel masuk dalam ruang-ruang musik dan lagu.

Tapi proses itu bukan tanpa konsekwensi, karena memang akhirnya banyak pihak yang tidak merasa puas menyalurkan keinginannya. Jelas, karena memang dibatasi dengan aturan-aturan Music Arranger.

Salah satu yang merasa tak puas adalah mas Djody, dia merasa terkekang dengan notasi yang saya buat, “itu bukan saya yang sesungguhnya” (*katanya*), yah mungkin juga sih. Anda bisa mendengarkan rekaman-rekaman beliau setelah itu, nah itulah mungkin yang beliau maksudkan, tentang keinginan serta karakternya. Dan memang saya harus menghormati karakter tiap-tiap individu. Bukan masalah selera, suka atau tidak.

Lalu, disepakatilah untuk rekaman berikutnya tidak ada lagi arranger seperti saya dulu menanganinya. Semua boleh jadi arranger, supaya semua puas… dan juga atas nama demokrasi ‘baru’ yang coba untuk kita jalani.

Begitulah..jadinya… (anda yang berhak menilai , bukan saya).


Teks asli artikel ini diposting pada 27 Maret 2008, oleh Yockie Suryo Prayogo
Diambil dari: http://jsops multiply com/reviews/item/3


Dari kiri ke kanan: Yockie Suryo Prayogo, WS Rendra (alm), Setiawan Djody, Iwan Fals dan Sawung Jabo - Pada konser Kantata Takwa 'Kesaksian' tahun 2003
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Lirik lagu 'Kesaksian'

Kesaksian
(Kantata Takwa)

Aku mendengar suara... Jerit makhluk terluka...
Luka... luka... hidupnya... Luka...
Orang memanah rembulan... Burung sirna sarangnya...
Sirna... sirna... hidup redup... Alam semesta... luka...

Banyak orang hilang nafkahnya... Aku bernyanyi menjadi saksi...
Banyak orang dirampas haknya... Aku bernyanyi menjadi saksi...

Mereka dihinakan... Tanpa daya...
Ya tanpa daya... Terbiasa hidup sangsi...

Orang orang harus dibangunkan... Aku bernyanyi menjadi saksi...
Kenyataan harus dikabarkan... Aku bernyanyi menjadi saksi...

Lagu ini jeritan jiwa... Hidup bersama harus dijaga...
Lagu ini harapan sukma... Hidup yang layak harus dibela...

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan redaksi:
Setelah album Kantata Takwa yang posisi vocal didominasi Iwan Fals, selanjutnya rilis album kedua berjudul Kantata Samsara dimana porsi vocal Iwan Fals berkurang. Lalu muncul album ketiga yaitu Kantata Revolvere, disini Iwan Fals tidak bergabung. Dan kini (2011) dibentuklah Kantata Barock, kali ini Iwan Fals bergabung namun Yockie Suryo Prayogo tidak ikut dan WS Rendra telah meninggal dunia pada 6 Agustus 2009.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel dibawah ini diambil dari "Pikiran Rakyat"


KANTATA TAKWA

AKHIR dekade 1980-an lahir sebuah kelompok musik bernama Kantata Takwa. Grup ini merupakan kumpulan tokoh-tokoh yang memiliki kharisma di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Iwan Fals dan Sawung Jabo, pengarang lagu dan penyanyi berbobot dengan jutaan penggemar; Setiawan Djody, pengusaha sukses sekaligus musisi ternama; WS Rendra, penyair dan dramawan yang berwibawa; Jockie Suryoprayogo, arranger dan pemain keyboard senior; Donny Fatah, pemain bas musik rock yang ulung; dan Innisisri, seorang pemain drum dan perkusi yang kreatif.

Tahun 1990, mereka mengelurkan album perdana bertitel Kantata Takwa. Dari album yang juga menghadirkan permainan gitar Eet Sjahranie dan Raidy Noor, gebukan dram Budhy Haryono serta tiupan saksofon Embong Rahardjo ini, melejit nomor Kesaksian yang sangat ekspresif

Meskipun merupakan grup musik, Kantata mempunyai kekhasan dibanding grup-grup lain. Kantata lebih tepat disebut sebagai sebuah forum komunikasi, diskusi, dan pengejawantahan kreativitas dari sensitivitas sosio-estetik para personilnya. Visi yang kuat akan kondisi sosial budaya menjadikan mereka sebagai wujud representasi baru atas perjalanan panjang serta dinamika kehidupan masyarakat kita.

Bagi Kantata musik adalah sarana untuk mengomunikasikan lirik hasil perjalanan tersebut. Oleh karena itu, Kantata tidak mengikrarkan diri sebagai wakil dari jenis musik tertentu. Hal terpenting adalah meramu musik mana yang paling pas untuk mengiringi lirik masing-masing lagu mereka. Melodi lagu-lagu mereka tidak berniat membuai orang hingga lupa akan maknanya, tetapi cenderung lugas hingga pesan yang dikandung dalam lirik menjadi transparan.

Maka ketika kita mengapresiasi nyanyian Kantata, yang terbentang adalah potret-potret kehidupan, mulai dari yang religius hingga yang tragis. Simak, misalnya, lagu Kesaksian yang menggambarkan berbagai tregedi yang harus dikabarkan atau Orang-orang Kalah yang menggambarkan daya hidup "wong cilik". Sementara itu, lagu Kantata Takwa sendiri merefleksikan kepasrahan manusia di hadapan Tuhan.

Sukses dengan album perdana yang terjual ratusan ribu keping, Kantata lantas membuat gebrakan di dunia pertunjukan. Malam itu, 23 Januari 1990 di Stadion Utama Senayan Jakarta berkumpul ratusan ribu penikmat musik untuk menikmati konser akbar Kantata. Konser tersebut tercatat sebagai salah satu konser terbesar dalam catatan sejarah musik Indonesia, baik dari segi kuantitas penonton maupun dalam kualitas penyelenggaraan.

Beberapa bulan kemudian, Kantata melakukan konser tur yang tak kalah akbarnya ke berbagai daerah, antara lain konser di Surabaya pada 11-12 Agustus 1990 dan konser di Solo pada 11-12 September 1990.

Setelah sukses dengan album perdana dan serangkaian turnya, Kantata Takwa tak terdengar lagi kabarnya. Para personilnya lebih terfokus pada aktivitas masing-masing. Iwan Fals menggarap album solonya, yakni Cikal, Belum Ada Judul, Hijau, dan Orang Gila. Setiawan Djody juga sibuk menggarap album solo perdananya, Dialog. Sedang-kan Sawung Jabo bersama kelompok Sirkus Barock menggarap album Fatamorgana.

Sebenarnya, beberapa dari personil Kantata tetap berkolaborasi, hanya saja mereka mengibarkan bendera yang berbeda. Iwan Fals, Sawung Jabo, Innisisri dan beberapa musisi lain sempat tergabung dalam kelompok Swami dan Dalbo. Pada 1994, Iwan Fals dan Sabung Jabo bahkan mengelurkan album duet berjudul Anak Wayang.

Indikasi kemunculan kembali Kantata baru terlihat pada awal 1995. Saat itu mereka manggung untuk kalangan terbatas di Hardrock Cafe Jakarta. Tak lama kemu-dian, tanggal 15 Oktober 1995 Kantata kembali menggelar konser akbar di lapangan terbuka di Surakarta. Hasil rekaman pertunjukan yang dijejali sekitar 300.000 penonton itu ditayangkan oleh TPI. Kini, lagu-lagu dari konser tersebut secara bergantian biasanya hadir pula pada acara Panggung Mania di TPI setiap Minggu malam.

Kantata nampaknya memang bertekad untuk kembali menghangatkan jagad musik Indonesia. Terbukti, menjelang akhir 1996 mereka berkumpul di Camping Lawu Resort, Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah. Di bumi perkemahan seluas 14 hektar milik setiawan Djody ini Kantata menggarap album kedua.

Mereka yang berkumpul tidak banyak berubah dari album pertama. Mereka adalah Iwan Fals (gitar/harmonika/vokal), S. Djody (gitar/vokal), Sawung Jabo (gitar/timpani/vokal), WS Rendra (lirik), Jockie S. (music director /keyboard/vokal), Innisisri (drum/perkusi), dan Donny Fatah (bas). Sedangkan yang terbilang sebagai pendatang baru adalah Totok Tewel (gitar) dan Doddy Katamsi (vokal).

Maka pada awal 1997 keluarlah album mereka, Kantata Samsara. Seperti kata Setiawan Djody, lahirnya Kantata Samsara berangkat dari keinginan untuk menghidupkan kembali Kantata Takwa. Oleh karena itu, kata Samsara diambil yang dalam bahasa Sanskerta berarti "lahir kembali".

Secara umum, Kantata Takwa dan Kantata Samsara memiliki kepekaan, daya kritis, dan totalitas daya hidup yang sama. Meskipun demikian, di antara keduanya memiliki tema yang agak berbeda. Kantata Samsara lebih berbicara tentang obsesi dan revitalisasi menyongsong tantangan abad XXI. Dalam konteks ini, Kantata berpihak pada keadilan dan kepastian hukum dengan berpegang pada solidaritas dan kebersama-an. Simak, penggalan lirik lagu Samsara berikut ini: "…Keadilan, kehidupan, ditegakkan / Kebersamaan, kemakmuran, dilautkan / Apakah masih ada angin cinta kebersamaan / gerhana meratap jiwa membara / kesatuan berbangsa, digemakan / Samsara…"

Hal yang juga agak berbeda bahwa lagu-lagu pada album Kantata Samsara terasa lebih kontemplatif serta banyak menggunakan bahasa simbol yang liris. Permenungan yang mendalam dan bahkan menyayat, begitu terasa pada lagu Anak Zaman, Songsonglah, dan Lagu Buat Penyaksi. Sementara itu, ramuan bahasa simbol dapat dinikmati pada lagu Nyanyian Preman, Asmaragama, dan Langgam Lawu. Kantata juga membuat lagu berlirik Inggris, For Green and Peace, sebuah lagu yang merefleksikan harapan akan kesejahteraan dan kedamaian.

Memasuki awal 1998, Kantata kembali hadir dengan mengeluarkan album ketiga, Kantata Takwa Samsara. Sebenarnya album ini merupakan kompilasi dari dua album sebelumnya. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan. Untuk lagu Gelisah yang diambil dari album pertama mendapat penambahan aransemen pada intronya dan untuk lagu Kesaksian yang juga diambil dari album pertama ditambah dengan narasi WS Rendra.

Tahun 1999, tanpa didukung Iwan Fals, Kantata kembali melahirkan album berjudul Kantata Revolvere yang diproduksi Kantata Bangsa Foundation.

Mereka kembali bergabung, termasuk Iwan Fals yang beberapa tahun sebelumnya menyatakan keluar, menggelar konser di Parkir Timur Senayan, 30 Agustus 2003. Konser yang diberi title Konser Kantata Takwa: Kesaksian 2003 ini menghadirkan personil asli yang terbentuk di awal Kantata. Secara jumlah penonton yang mencapai 150-an ribu, konser ini bisa dibilang sukses.

100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals dkk

Lagu-lagu yang dinyanyikan Iwan Fals sendirian maupun dinyanyikan dalam format group banyak memuat lirik yang istimewa, baik lirik lagu ciptaannya sendiri maupun dari orang lain. Lagu lagu Iwan Fals ini beberapa diantaranya memuat rangkaian kata yang indah dan menjadi kalimat penuh makna.
Berikut adalah 100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals dkk. Meskipun ini hanyalah sedikit dari kutipan lirik lirik lagu Iwan Fals yang sempat kami kumpulkan, setidaknya bisa memberi semangat. Simak dan resapilah makna yang terkandung didalamnya. Semoga hari-hari kita menjadi lebih berguna. (sb)

** kata kata Iwan Fals, kata kata bijak Iwan Fals, kata mutiara Iwan Fals, lirik lagu Iwan Fals, album Iwan Fals


100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals dkk
(dirangkum dan dipublikasikan oleh SB untuk iwanfalsmania.com pada 16/01/2008)
--------------------------------------------------------
1.“Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan”
(Puing – album Iwan Fals Sarjana Muda 1981)

2.“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.
(Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981)

3."Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.
(Galang Rambu Anarki – album
Iwan Fals Opini 1982)

4.“Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.
(Maaf Cintaku - album
Iwan Fals Sugali 1984)

5.“Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.
(Berkacalah Jakarta - album
Iwan Fals Sugali 1984)

6.“Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.
(Cik - album
Iwan Fals Sore Tugu Pancoran 1985)

7.“Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.
(Entah - album
Iwan Fals Ethiopia 1986)

8.“Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album
Iwan Fals Ethiopia 1986)

9.“Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.
(Ya Ya Ya Oh Ya - album
Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

10.“Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.
(Selamat Tinggal Malam - album
Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

--------------------------------------------------------

11.“Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.
(Kota - album
Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

12.“Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.
(Lancar - album
Iwan Fals Lancar 1987)

13.“Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.
(Surat Buat Wakil Rakyat - album
Iwan Fals Wakil Rakyat 1987)

14.“Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.
(Nak - album
Iwan Fals 1910 1988)

15.“Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.
(Mimpi Yang Terbeli - album
Iwan Fals 1910 1988)

16.“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.
(Ibu - album
Iwan Fals 1910 1988)

17.“Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.
(Buku Ini Aku Pinjam - album
Iwan Fals 1910 1988)

18.“Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.
(Ada Lagi Yang Mati - album
Iwan Fals 1910 1988)

19.“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.
(Perempuan Malam - album
Iwan Fals Mata Dewa 1989)

20.“Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”.
(Nona - album
Iwan Fals Mata Dewa 1989)

--------------------------------------------------------

21.“Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.
(Oh Ya! - album
Iwan Fals Swami 1989)

22.“Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
(Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album
Iwan Fals Swami 1989)

23.“Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.
(Condet - album Swami 1989)

24.“Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.
(Bongkar - album
Iwan Fals Swami 1989)

25.“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.
(Bongkar - album
Iwan Fals Swami 1989)

26.“Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.
(Bongkar - album
Iwan Fals Swami 1989)

27.“Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.
(Rajawali - album Kantata Takwa 1990)

28.“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.
(Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990)

29.“Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.
(Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990)

30.“Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.
(Nocturno - album Kantata Takwa 1990)

--------------------------------------------------------

31.“Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.
(Kesaksian - album Kantata Takwa 1990)

32.“Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.
(Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990)

33.“Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.
(Gelisah - album Kantata Takwa 1990)

34.“Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.
(Air Mata - album Kantata Takwa 1990)

35.“Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.
(Untuk Bram - album
Iwan Fals Cikal 1991)

36.“Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.
(Pulang Kerja - album
Iwan Fals Cikal 1991)

37.“Dimana kehidupan disitulah jawaban”.
(Alam Malam - album
Iwan Fals Cikal 1991)

38.“Ada dan tak ada nyatanya ada”.
(Ada - album
Iwan Fals Cikal 1991)

39.“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.
(Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991)

40.“Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.
(Hio - album Swami Il 1991)

--------------------------------------------------------

41.“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.
(Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album
Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

42.“Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.
(Besar Dan Kecil - album
Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

43.“Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.
(Aku Disini - album
Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

44.“Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.
(Lagu Satu - album
Iwan Fals Hijau 1992)

45.“Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.
(Lagu Dua - album
Iwan Fals Hijau 1992)

46.“Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.
(Lagu Tiga - album
Iwan Fals Hijau 1992)

47.“Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”
(Lagu Empat- album
Iwan Fals Hijau 1992)

48.“Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.
(Lagu Empat- album
Iwan Fals Hijau 1992)

49.“Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.
(Lagu Lima - album
Iwan Fals Hijau 1992)

50.“Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.
(Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993)

--------------------------------------------------------

51.“Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”.
(Hura Hura Huru Hara - album Dalbo 1993)

52.“Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”.
(Hua Ha Ha - album Dalbo 1993)

53.“Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?”
(Terminal – single 1994)

54.“Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”.
(Satu Satu – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

55.“Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

56.“Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

57.“Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”.
(Doa Dalam Sunyi – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

58.“Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”.
(Awang Awang – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

59.“Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”.
(Awang Awang – album
Iwan Fals Orang Gila 1994)

60.“Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”.
(Nasib Nyamuk – album
Iwan Fals & Sawung Jabo Anak Wayang 1994)

--------------------------------------------------------

61.“Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”.
(Oh – single 1995)

62.“Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”.
(Mata Hati – album
Iwan Fals Mata Hati 1995)

63.“Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”.
(Lagu Pemanjat – album
Iwan Fals Lagu Pemanjat 1996)

64.“Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”.
(Songsonglah – album Kantata Samsara 1998)

65.“Berani konsekuen pertanda jantan”.
(Nyanyian Preman – album Kantata Samsara 1998)

66.“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.
(Langgam Lawu – album Kantata Samsara 1998)

67.“Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”.
(Lagu Buat Penyaksi – album Kantata Samsara 1998)

68.“Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”.
(Di Ujung Abad - album
Iwan Fals Suara Hati 2002)

69.“Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”.
(Dendam Damai - album
Iwan Fals Suara Hati 2002)

70.“Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”.
(Doa - album
Iwan Fals Suara Hati 2002)
 

--------------------------------------------------------

71.“Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”.
(Seperti Matahari - album
Iwan Fals Suara Hati 2002)

72.“Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”.
(Seperti Matahari - album
Iwan Fals Suara Hati 2002)

73.“Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”.
(Politik Uang – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

74.“Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”.
(Para Tentara – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

75.“Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”.
(Mungkin – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

76.“Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

77.“Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

78.“Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”.
(Manusia Setengah Dewa – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

79.“Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”.
(Desa – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

80.“Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”.
(Dan Orde Paling Baru – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

--------------------------------------------------------

81.“Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”.
(Buktikan – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

82.“Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”.
(Asik Nggak Asik – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

83.“Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”.
(17 Juli 1996 – album
Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

84.“Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”.
(Tanam-Tanam Siram-Siram – single 2006 -
album Iwan Fals Keseimbangan 2010)

85.“Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”.
(Haruskah Pergi – 2006 - Iwan Fals & Indra Lesmana)

86.“Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”.
(Selancar – 2006 -
Iwan Fals & Indra Lesmana)

87.“Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”.
(Rubah – album
Iwan Fals 50:50 2007)

88.“Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”.
(Pulanglah – album
Iwan Fals 50:50 2007)

89.“Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”.
(KaSaCiMa – album
Iwan Fals 50:50 2007)

90.“Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”.
(Ikan-Ikan – album
Iwan Fals 50:50 2007)

--------------------------------------------------------

91.“Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”.
(Cemburu – album
Iwan Fals 50:50 2007)

92.“Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”.
(Kemarau – uncassette)

93.“Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”.
(Joned – uncassette)

94.“Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

95.“Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

96.“Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”.
(Saat Minggu Masih Pagi – uncassette)

97.“Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”.
(Nyatakan Saja – uncassette)

98.“Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”.
(Merdeka – uncassette)

99.“Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”.
(Luka Lama – uncassette)

100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.
(Selamat Tinggal Ramadhan – uncassette)



iwanfalsmania.com 100% Iwan Fals

Sunday, December 14, 2014

Sumber Mata Air Sungai Brantas

Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo.
Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo).
Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun.


Sumber Mata Air Sungai Brantas


Lokasi Mata Air Sungai Brantas, di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang mengairi hampir separoh kabupaten/kota di Jawa Timur


Gunung Belerang ini indah dan memiliki panorama yang luar biasa karena berderetan dengan serangkaian gunung-gunung lain disekitarnya,yaitu gunung Kembar dan gunung Arjuno.Gunung ini masih aktif.Pada pagi dan sore hari puncak gunung Belerang kelihatan sangat jelas mengeluarkan asap putih dan warna kuning yang berasal dari pancaran lava belerang yang keluar dari dalam gunung.Belerang diketahui sangat banyak berguna dalam kehidupan manusia,yaitu sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan tanaman dan bisa dijadikan obat kulit pada kulit yang terkena penyakit gatal.Belerang ini juga menjadi andalan pencaharian sebagian penduduk desa Calukan.Didalam hutan gunung ini juga masih terdapat macam-macam hewan satwa yang di lindungi seperti,kijang,rusa dan harimau.Di kaki gunung Belerang inilah terdapat sederetan sumber mata air panas wisata desa Sumber brantas.


Kebun Watu Tumpuk Sumber Brantas Saat Kemarau

Foto ini dari sumber lain yang di ambil dari lokasi kaki gunung Arjuno.Pada area perkebunan ini,kita lihat pada saat musim kemarau.Jika musim hujan tiba maka permukaan tanah akan berubah menjadi hijau,warna daun sayuran yang ditanam.Lokasi perkebunan ini hanya bisa dicapi dengan kendaraan jeep toyota kanvas atau sejenisnya karena medanya sangat sulit untuk kendaraan tanpa dobel handel.Tapi para pemuda belakangan ini mempunyai kreasi untuk mengangkut kebutuhan barang kebun dengan menggunakan sepeda motor.Tentunya sangat membutuhkan keberanian karena jalanya sangat licin dan berbahaya,selain tanjakan dan turunan jalanya juga hanya setengah meter saja.Tapi dengan jasa tranfortasi yang sederhana ini pemilik kebun yang sedang panen bisa menghemat waktu karena hasil panenya langsung bisa sampai kehalaman rumah dengan waktu yang relatif singkat.Bagi anda yang hoby dengan tantangan berkendara di medan berat silahkan datang dan selamat mencoba off road disini.

 
Sumber brantas pada tahun 1995Sumber brantas yang sedang di selimuti kabut putih,dari gambar di samping menunjukan betapa dinginya di daerah ini.Desa di bagian utara kota batu ini,memang sangat dingin,bagi anda yang belum terbiasa tinggal di sana akan penasaran menyentuh airnya yang sangat dingin.Kebutuhan air bersih di desa ini sangatlah mencukupi,yang di peroleh dari mata air sumber pegunungan asli.Di desa ini konon terdapat makam seorang wali,wali ini adalah cucu keturunan Pangeran Diponegoro,yang bernama Taruno Dipojoyonegoro dengan gelar kewalianya"Wali Usman.Makam Cucu Pangeran Diponegoro yang lainya juga terdapat di daerah Slatri,Kasembon Malang.Sumber brantas juga masyur banyak di sebut Jurang Kuali.Mengenai silsilah ini anda bisa melihat di kraton Yogyakarta atau di kantor bupati Malang,yang pada saat itu juga (sekitar tahun 1991)di ketahui kepala bupati Malang adalah juga masih keturunan Pangeran Diponegoro.Sumber ini diperoleh dari tokoh masyarakat setempat bernama bapak Khusnan Zuhri.Wallahuaklam.

Dalia Disaat Memasuki Sebuah Kebun Apel.

Buah Apel salah satu komoditi kota Batu.
Foto dari sumber lain,yang di diambil dari salah satu lokasi perkebunan apel yang siap panen di pinggir jalan menuju ke Sumber brantas.Jika anda kebetulan wisata ke kota Batu,anda bisa menyaksikan langsung area perkebunan apel yang berada di daerah ini.Pada masa-masa tertentu disalah satu kebun di buka bebas masuk bagi para pengunjung dengan tiket hanya Rp.5000 untuk orang dewasa.Para pengujung boleh memetik sepuasnya dengan syarat tidak boleh di bawa keluar dari area kebun.Maksudnya adalah anda bebas makan buah apel di dalam kebun tanpa harus membawa kantong plastik,menarik bukan?Wah tidak ada berkat.....Kebun apel bisa anda temukan di sepanjang utara kota Batu.Bagi anda para pedagang buah-buahan silahkan saja datang ke Sumber-brantas,anda bisa mengorder buah apel dalam jumblah banyak tentunya pada saat musim panen,hubungi saja Bapak Ponari atau saudara Kariyanto. Oleh:Edi Muriyanto.
 
 

Gunung Belerang Di Utara Kota Batu

Gunung Belerang ini masih aktif setiap hari,di kaki gunung inilah terdapat beberapa sumber mata air panas,mulai dari tingkat suhu panas suhu sedang hingga pada suhu terendah.Sekitar tahun 1992-1993,area pemandian air panas ini pernah di bangun dengan melibatkan warga masyarakat setempat,salah satu orang yang terlibat dalam proyek ini adalah Bapak Palil yang di tunjuk sebagai kepala arsitek sekaligus merangkap sebagai pemborong proyek tersebut.Hasilnya cukup lumayan baik,sekalipun dekorasinya sederhana tapi menunjukan bangunan yang berarsitektur ciri khas jawa timur.Lokasi ini terdiri dari beberapa kolam air panas,beberapa bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan dekorasi bunga asli disekitar lokasi tersebut.Tentunya anda tertarik....silahkan kunjungi tempat ini bersama keluarga anda. 

Proyek Sumber-Brantas

Ini adalah sebagian dari salah satu lokasi proyek Sumber brantas,lokasi ini dulu pernah menjadi incaran pemerintah juga tidak terkecuali dimasa Mega wati semasa ia menjadi presiden,tapi saat itu,ibu presiden itu tidak jadi datang meninjau karena demo mahasiswa dan alasan lain.Area ini pada mulanya adalah milik warga setempat,karena mengeluarkan cairan kuning,maka di duga lokasi ini mengandung sumber minyak bumi.Tidaklah mengherankan jika tanah ini langsung di segel oleh pemerintah,wargapun mendapatkan ganti rugi.Tapi sayangnya proyek ini berhenti begitu saja,salah satu penyebabnya adalah cairan kuning itu setelah diselidiki hanyalah cairan biasa yang mirip dengan minyak,dan tidak mengandung minyak bumi.Wah ........ketipu ya.....Makanya janga main segel saja,Betul... 

Sumber-Brantas Salah Satu Desa Di Utara Kota Batu Yang Masih Tropis

Air kali brantas ini mengalir dengan alaminya,flora and faunanya begitu indah.Belum tercemar.......Begitulah yang yang anda rasakan ketika anda bersama keluarga datang ketempat ini,tempat ini sangat cocok buat refresing ketika anda sehari-hari jenuh di kota dengan berbagai macam polusi,bising suara mesin kendaraan ataupun gemuruhnya suara mesin pabrik.Lokasi ini dibawah pengelolaan Perhutani.Apa harus selalu dijaga dan diawasi oleh petugas?.........Tingkat kesadaran masyarakat kita masih harus dibangun demi terciptanya akan sadar betapa pentingnya melestarikan alam agar sampai kepada generasi kita selanjutnya.Hutan yang lebat sangat menguntungkan manusia,hutan yang terjaga akan menyebabkan cuaca alam stabil,iklim sejuk manusia tidak usah lagi mengeluarkan biaya yang besar untuk instalasi pemasangan air condition.