Estetika Nusantara adalah sebuah disiplin mata kuliah yang saya
dapatkan, awalnya saya berfikiran dalam ruang lingkup pribadi bahwa
estetika nusantara adalah mata kuliah yang membahas tentang ornamen,
tentang kesenian etnis dan tradisi dalam kenusantaraan kini. Jauh
melenceng dari apa yang saya pikirkan begitu luar biasa apa yang saya
dapatkan. Estetika Nusantara menurut yang saya tangkap merupakan Seni
Keindahan Tradisi yang muncul dari "Seni sebagai Simbol ekspresi kultural" dan "Sugeti Alam" yang mencerminkan hubungan mikro-meta-makrokosmos yang memiliki tujuan yang jauh lebih luas dari hanya sekedar KEINDAHAN. Namun Estetika Nusantara memiliki tujuan sebagai Tontonan dan Tuntunan, Mencari Kesempurnaan (Ngudi Kasampurnan) --> Kearifan tertinggi, yang
merupakan puncak filsafat adalah pengetahuan tentang Tuhan. Karena dalam pola pikir seniman tradisi nusantara "Berkarya merupakan pengabdian dharma kepada Tuhannya sesuai dengan ajaran budayanya".
Berkaitan dengan Konsep Tir Loka (tiga jagat) yaitu adalah Alam Bawah (mikrokosmos) adalah diri manusia itu sendiri, Alam Tengah (makrokosmos) adalah alam semesta dan segalah hal (isi dan sekitarnya), Alam Atas (metakosmos) adalah hubungan dengan Tuhannya. Dalam estetika nusantara simbol yang lahir merupakan wujut keindahan sekaligus ajaran (seni adalah tontonan dan tuntunan). Seniman Terikat oleh lingkunganya dimana dia hidup maka itulah bentuk yang muncul merupakan sugesti alam (motif batik yang tumbuh-tumbuhan, motif ornamen yang berbentuk hewan, tarian tradisional yang tersugesti hewan merak, klinci, dan kera) hal ini menunjukan bahwa seniman tradisi nusantara begitu dekat hubunganya dengan alam, dimana hal ini merupakan sebuah gambaran keseimbangan hidup antara batin, alam semesta dan Tuhan.
Pentingnya keseimbangan antara batin, alam semesta dan Tuhan. konsep tiga jagat ini juga ditemukan dalam pembangunan Pura umat Hindu mereka membagi Pura mereka dalam tiga wilaya atau sering di sebut Tri Mandala (Nista mandala/Jaba Sisi, Madya mandala/Jaba Tengah, Utama Mandala). Dalam Kesenian Jawa banyak yang menggunakan konsep tri loka ini,
Berkaitan dengan Konsep Tir Loka (tiga jagat) yaitu adalah Alam Bawah (mikrokosmos) adalah diri manusia itu sendiri, Alam Tengah (makrokosmos) adalah alam semesta dan segalah hal (isi dan sekitarnya), Alam Atas (metakosmos) adalah hubungan dengan Tuhannya. Dalam estetika nusantara simbol yang lahir merupakan wujut keindahan sekaligus ajaran (seni adalah tontonan dan tuntunan). Seniman Terikat oleh lingkunganya dimana dia hidup maka itulah bentuk yang muncul merupakan sugesti alam (motif batik yang tumbuh-tumbuhan, motif ornamen yang berbentuk hewan, tarian tradisional yang tersugesti hewan merak, klinci, dan kera) hal ini menunjukan bahwa seniman tradisi nusantara begitu dekat hubunganya dengan alam, dimana hal ini merupakan sebuah gambaran keseimbangan hidup antara batin, alam semesta dan Tuhan.
Pentingnya keseimbangan antara batin, alam semesta dan Tuhan. konsep tiga jagat ini juga ditemukan dalam pembangunan Pura umat Hindu mereka membagi Pura mereka dalam tiga wilaya atau sering di sebut Tri Mandala (Nista mandala/Jaba Sisi, Madya mandala/Jaba Tengah, Utama Mandala). Dalam Kesenian Jawa banyak yang menggunakan konsep tri loka ini,
Inilah sebagian contoh kecil dimana
sebuah seni merupakan ajaran yang memiliki makna filosofi yang
luarbiasa. Pengkajian karya seni tradisi merupakan hal yang sangat
menarik selain mengungkap keindahan eksistensi bantuk secara fisik
tetapi kita akan mendapatkan sebuah eksistensi makna yang jauh lebih
indah dari bentuknya yang sering disebut roh-nya karya seni tersebut.
eksistensi makna merupakan makna filosofis yang terkandung dalam karya
seni tersebut sebagai ajaran yang luhur (tuntunan).
Latar belakang kehidupan karya, karya tradisi merupakan karya seni yang hidup karena "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" hal ini menunjukan bahwa karya tradisi yang memiliki idealisme keTuhanan yang menujukan sebuah ajaran luhur sesungguhnya hidup berkesinambungan dan terus terjaga baik dari bentuk maupun jajaranya. Esensi yang terjadi di masyarakat dari hal-hal tersebut masyarakat memaknai bahwa karya tadisi tersebut memiliki makna dan arti tersendiri maka mereka tidak sembarangan memakai karya tersebut. Dalam masyarakat jawa mereka tidak akan sembarangan memakai motif batik dalam kegiatan tradisinya karena harus menyesuaikan esensi makna dan kegiatan yang akan di lakukan. uniknya karya tradisi nusantara tidak ada yang memiliki karena para seniman nusantara tersebut telah memaknai "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" maka karya tersebut hak milik/ hak cipta Tuhan, maka mereka tidak berani mencantumkan namanya dalam karyanya.
Latar belakang kehidupan karya, karya tradisi merupakan karya seni yang hidup karena "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" hal ini menunjukan bahwa karya tradisi yang memiliki idealisme keTuhanan yang menujukan sebuah ajaran luhur sesungguhnya hidup berkesinambungan dan terus terjaga baik dari bentuk maupun jajaranya. Esensi yang terjadi di masyarakat dari hal-hal tersebut masyarakat memaknai bahwa karya tadisi tersebut memiliki makna dan arti tersendiri maka mereka tidak sembarangan memakai karya tersebut. Dalam masyarakat jawa mereka tidak akan sembarangan memakai motif batik dalam kegiatan tradisinya karena harus menyesuaikan esensi makna dan kegiatan yang akan di lakukan. uniknya karya tradisi nusantara tidak ada yang memiliki karena para seniman nusantara tersebut telah memaknai "konsep budaya keindahan itu milik Tuhan dan kita harus memintanya dan itu karya Tuhan kita hanya sebagai media" maka karya tersebut hak milik/ hak cipta Tuhan, maka mereka tidak berani mencantumkan namanya dalam karyanya.
Konsep Mandala dalam Estetika
Nusantara. Moncopat (konco papat limo pancer) 4+1. Dalam masyarakat jawa
konsep mandala moncopat ini sangat banyak di gunakan dalam berbagai
karya dan kehidupan masyarakat jawa. Atau sering di sebut Keblat
Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran
mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai
perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak
dilahirkan di muka bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh
keluarnya air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim
ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir
juga disertai keluarnya darah dan daging. Maka sedulur papat terdiri
dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging
sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah
jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni
pancer. Digambarkan juga empat nafsu + batin/roh:
Amarah : Bila manusia hanya
mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang
sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan
kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri
dengan Allah SWT.
Supiyah / Keindahan : Manusia itu
umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita
(asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi
diibaratkan bisa membakar dunia.
Aluamah / Serakah : Manusia itu pada
dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu
tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur
sampai tujuh turunan.
Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu
ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas,
tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang
kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga
kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Maka keempat nafsu tersebut harus di
seimbangkan/dikontrol oleh batin manusia tersebut untuk mencapai
keseimbangan dalam diri manusia tersebut. Karya Tradisi yang menggunakan
konsep ini adalah rumah tradisional jawa joglo, limasan dll. Rumah
tradisi tersebut di atur menghadap keutara dan memperhitungakn arah-arah
mata angin.
0 comments:
Post a Comment