Sekitar 200 siswa
sekolah dasar dari tiga negara bagian di Amerika ikut serta dalam konser
angklung di Freer & Sackler Smithsonian Washington DC akhir pekan
lalu, Minggu (5/10). Selain memainkan angklung, para siswa juga
menyanyikan lagu-lagu Indonesia, seperti “Satu Satu Aku Sayang Ibu” dan
“Tokecang”. Penasaran?.
“Tokecang” adalah salah satu dari lima lagu yang dinyanyikan para siswa ini. Selain itu ada pula lagu anak-anak Indonesia “Satu Satu Aku Sayang Ibu” dan lagu-lagu khas anak-anak di dunia seperti “Twinkle Twinkle Little Star”, “The More We Get Together” dan lagu populer saat ini “Let It Go”.
Angklung terbukti tidak saja menjadi instrument tetapi juga alat komunikasi diantara ratusan siswa yang tidak saja berasal dari sekolah berbeda, tetapi juga kewarganegaraan yang berbeda. Ada siswa yang memang warga Amerika, tetapi banyak pula yang berasal dari Turki, Brazil, Cekoslovakia, Romania, Pakistan dan tentu saja – Indonesia.
“Adit senang sekali bisa main angklung disini. Bisa nunjukin Adit masih bisa berbahasa Indonesia dan ketemu teman-teman baru dari sekolah-sekolah lain,” ujar Aditya.
200 Siswa SD Amerika Ramaikan Konser Angklung
“House of Angklung” – salah satu LSM di Washington DC yang berkomitmen untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan angklung di Amerika –dengan rajin mengirim anggota-anggotanya untuk mengajar alat musik ini di sekolah. Salah satu di antaranya adalah Tricia Sumarijanto.
“Senang dan lega sekali pertunjukkan hari ini sukses. Terbayar juga kerja keras kita, mendatangi sekolah, mengumpulkan anak-anak dan melatih mereka setiap hari selama hampir empat minggu,” ungkap Tricia.
Pihak sekolah – seperti Lafayette Elementary School di Washington DC, Reid Temple Elementary School di Maryland dan Shrevewood Elementary School di Falls Church Virginia – menyambut baik hal ini. Kepala sekolah dan guru-guru – terutama guru musik – mendorong siswa-siswanya untuk mempelajari alat musik khas Indonesia ini.
Hal ini disampaikan guru musik Shrevewood Emily Anuskiewitcz dan Wakil Kepala Sekolah Mary Tam yang ikut menghadiri langsung latihan-latihan dan pertunjukkan konser di Smithsonian akhir pekan lalu.
Mary mengatakan, “Ini merupakan kesempatan yang sangat baik. Saya tahu betapa gembiranya siswa-siswa kami dan orang tua mereka – sebagaimana yang mereka sampaikan pada saya pagi ini – bahwa putra putri mereka bisa datang dan ikut serta dalam pertunjukkan di mana mereka belajar budaya yang sama sekali baru dan berbeda. Saya sangat gembira SD Shrevewood bisa ikut serta dalam “Performing Indonesia” tahun ini.”
Konser angklung ini merupakan bagian dari acara tahunan “Performing Indonesia”, hasil kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Freer and Sackler Smithsonian. Selain angklung ada pula simposium, workshop, puluhan pertunjukkan kesenian dan program yang mengikutsertakan penonton, seperti jaipongan bersama dan lomba memainkan gamelan yang diminati ratusan penonton.
Menurut Atase Kebudayaan KBRI di Washington DC Haryo Winarso, acara-acara semacam ini merupakan salah satu bentuk “soft diplomacy” yang mendekatkan Indonesia dan Amerika.
“Ini merupakan salah satu bentuk ‘soft diplomacy’ dan kita memang berusaha melakukan ‘people to people contact’ semacam ini. Kita juga berusaha mendatangkan pakar Indonesia seperti yang Anda temui dalam symposium yang mengupas soal kebudayaan Jawa Barat – khususnya alat musik angklung. Kedatangan mereka ini penting untuk menyebarluaskan budaya adiluhung Indonesia,” kata Haryo.
Acara “Performing Indonesia” ini sudah berlangsung dua kali. Yang pertama diselenggarakan tahun 2013 dengan tema besar Bali, Yogyakarta dan Sumatera Barat. Acara kali ini mengambil tema besar Jawa Barat.
Sumber VOA
0 comments:
Post a Comment