Ulasan lengkap suku Jawa
Penting
bagi kita untuk mengetahui asal usul suku Jawa sebagai wawasan terhadap
kebinekaan nusantara kita tercinta ini. Indonesia yang majemuk memang
memiliki berbagai macam suku, tercatat lebih dari 300 suku dengan 250
bahasa berdiam di Indonesia. Kali ini kita akan membahas secara rinci
mengenai asal usul dan segala hal mengenai suku Jawa.
Suku Jawa sebagai suku dominan
Suku
Jawa bisa dibilang sebagai satu suku yang dominan di negara kita
tercinta ini. Jumlah penduduk suku Jawa memang lebih banyak daripada
suku bangsa yang lain. Suku bangsa Jawa yang dimaksud adalah mereka yang
memliki asal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sedangkan suku asli Jawa Barat adalah Sunda. Maka kebanyakan
dari daerah Jawa Barat tidak menganggap dirinya termasuk dalam wilayah
Jawa. Menguak asal-usul suku Jawa memang tidak akan bisa lepas dari
tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang berasal dari suku Jawa. Lima dari enam
tokoh yang pernah menjadi presiden Indonesia adalah dari suku Jawa,
bahkan salah satunya yakni Susilo Bambang Yudhoyono masih menjadi
presiden saat ini. Selain itu tidak hanya tokoh-tokoh saja yang menarik,
namun juga mengenai makanan, karakteristik, pandangan hidup dan
kepercayaan.
Hikayat asal usul suku Jawa dan bahasa Jawa
Menurut
hikayat, asal muasal suku Jawa diawali dari datangnya seorang satria
pinandita yang bernama Aji Saka. Ia adalah orang yang menulis sebuah
sajak, dimana sajak itu yang kini disebut sebagai abjad huruf Jawa
hingga saat ini. Maka dari itu, asal mula sajak inilah yang digunakan
sebagai penanggalan kalender Saka. Definisi suku Jawa adalah penduduk
asli pulau Jawa bagian tengah dan timur, kecuali pulau Madura. Selain
itu, mereka yang menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk
berkomunikasi juga termasuk dalam suku Jawa, meskipun tidak secara
langsung berasal dari pulau Jawa. Demikian adalah definisi Magnis-Suseno
mengenai suku bangsa Jawa. Asal usul suku Jawa juga berkaitan dengan
bahasa yang digunakan, yakni bahasa Jawa. Secara resmi, ada dua jenis
bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa. Dua jenis bahasa
ini tersedia sebagai berikut:
- Bahasa Jawa Ngoko adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh orang yang sudah akrab, orang dengan usia yang sama atau seseorang kepada orang lain yang status sosialnya lebih rendah.
- Bahasa Jawa Kromo. Bahasa tersebut digunakan kepada orang yang belum akrab, dari orang muda kepada orang tua atau dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Pada
bahasa Kromo, masih ada pembagian menjadi dua macam, yakni Kromo Madya
dan Kromo Halus atau Kromo Inggil. Dimana Kromo Madya digunakan sebagai
bahasa pergaulan yang lebih sopan daripada bahasa Ngoko. Sedangkan untuk
Kromo Inggil digunakan kepada orang yang lebih tua atau memiliki
jabatan dan status sosial yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang
berbicara.
Penggolongan sosial masyarakat Jawa
Dalam
masyarakat Jawa terdapat penggolongan sosial yang pernah dibahas oleh
seorang antropolog dari Amerika Serikat bernama Clifford Geertz. Ia
membagi suku Jawa dalam tiga golongan. Golongan tersebut antara lain:
- Kaum santri
Golongan ini adalah mereka yang memeluk agama Islam dan menganut agama Islam sebagai jalan hidupnya.
- Kaum Abangan
Kaum
abangan adalah mereka yang masih berpegang pada adat istiadat Jawa,
meskipun mereka memeluk berbagai agama. Kaum ini sering disebut dengan
Kejawen, maka ada istilah Islam Kejawen, Kristen Kejawen dan lain
diantaranya. Beberapa priyayi kuno masuk dalam golongan ini.
- Kaum Priyayi
Kaum
priyayi adalah mereka yang bekerja sebagai pegawai atau para
cendikiawan. Mereka pada umumnya bekerja untuk pemerintah atau swasta
dengan status sosial yang lebih tinggi dari orang kebanyakan.
Penggolongan
sosial ini berkaitan dengan bahasa yang sudah dibahas diatas. Dalam
melakukan komunikasi antara satu dengan lainnya, digunakan bahasa yang
berbeda. Hal ini merupakan cara tersendiri bagi masyarakat suku Jawa
dalam menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua, dituakan,
pejabat, orang yang lebih muda, ayah, ibu dan sebagainya.
Padangan hidup, kepercayaan, dan watak suku jawa
Setelah
kita membahas asal usul, bahasa dan golongan sosial suku Jawa, maka
kita akan melanjutkan pada karakteristik suku Jawa berikutnya, yakni
sistem kekerabatan. Dalam suku Jawa, sistem kekerabatan disesuaikan
dengan asal usulnya. Sistem yang digunakan adalah bilateral, yakni
hubungan kekerabatan berasal dari kedua orang tua, ayah dan ibu. Maka
dari itu disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan suku Jawa tidak seperti
suku lain kebanyakan yang hanya satu garis saja.
Pandangan hidup dan kepercayaan suku Jawa
Masing-masing
suku bangsa di Indonesia pasti memiliki pandangan hidup dan kepercayaan
masing-masing. Suku Jawa menyakini bahwa apa yang ada di dunia ini
adalah satu kesatuan hidup yang harus dipelihara dengan harmoni. Manusia
itu satu kesatuan dengan alam semesta, hal ini menyebabkan masyarakat
Jawa yakin bahwa hidup manusia adalah suatu pengembaraan yang penuh
dengan pengalaman religius. Hal ini membuat suku Jawa menggolongkan
hidup berdasarkan ulasan diatas. Hidup ini terdiri dari dua macam alam,
yakni:
- Alam Makrokosmik yakni alam yang misterius, penuh dengan hal yang sifatnya supranatural.
- Alam Mikrokosmik yakni alam yang nyata, alam yang kita tinggali saat ini.
Definisi
dua alam ini menunjukkan bahwa suku Jawa memiliki tujuan hidup, yakni
mencapai keseimbangan dalam mikrokosmik dan makrokosmik. Kepercayaan
yang terbesar adalah untuk memiliki kehidupan yang baik di dunia, kita
harus menjadi pribadi dan jiwa yang baik. Pembagian alam ini ditujukan
untuk memudahkan masyarakat suku Jawa menjalani kehidupan. Sedangkan
mengenai sistem kepercayaan kepada sang pencipta, suku Jawa adalah
paling berpikiran terbuka, namun kebanyakan masih menganut kejawen.
Kejawen adalah kepercayaan warisan nenek moyang yang memiliki
sinkritisme dengan agama Hindu. Hal ini sangat wajar karena agama Hindu
dan Budha menyebar terlebih dahulu daripada agama Islam di pulau Jawa.
Watak Suku Jawa
Setiap
suku pasti memiliki karakter dominan yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Suku Jawa terkenal sebagai bangsa yang penuh dengan tata krama,
berbudi pekerti halus, ulet mengerjakan sesuatu. Memiliki kecenderungan
tertutup dan tidak berterus terang adalah salah satu watak yang paling
terkenal pada suku Jawa. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Jawa
yang menghindari konflik dan ingin memelihara hubungan yang harmonis.
Suku Jawa tidak menyukai pertikaian, namun seringkali menjadi negatif
karena terkadang menyimpan dendam sesama saudara atau orang lain.
Demikian
adalah beberapa karakteristik suku Jawa. Meskipun masing-masing suku
memiliki karakteristik tersendiri, namun tidak ada salahnya mempelajari
suku yang lain satu persatu untuk saling mengenal satu sama lain. Hal
ini dimaksudkan untuk menciptakan Indonesia yang berbhineka tunggal ika,
berbeda-beda tapi tetap satu. Pemahaman terhadap suku Jawa dan
suku-suku lainnya sangat penting sebagai tambahan wawasan budaya bangsa
Indonesia yang kaya raya ini. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.
(iwa
0 comments:
Post a Comment